Jenis-Jenis Kodok di Indonesia


3. Bangkong Sungai
Bangkong sungai adalah nama sejenis kodok dari suku Bufonidae. Nama ilmiahnya adalah Bufo asper Gravenhorst, 1829. Kodok ini juga dikenal dengan nama lain: kodok buduk sungai, kodok puru besar, atau kodok batu. Dalam bahasa Inggris disebut Java toad, river toad atau Malayan giant toad.
A.      Ciri – Ciri Fisik
Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol besar (asper, bahasa Latin = kasar, berduri). Jantan berukuran (dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm.
Punggung berwarna coklat tua kusam, keabu-abuan atau kehitaman. Sisi bawah berbintik hitam. Jantan biasanya dengan kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki.
B.      Kebiasaan dan Penyebaran
Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas. Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan; kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi
Tidak seperti bangkong kolong, bangkong sungai dapat melompat jauh dengan kakinya yang relatif panjang. Kodok ini sering berpura-pura mati apabila ditangkap. Bila dipegang dan diletakkan terlentang di atas tempat yang datar dan rata, kodok ini akan tetap tidak bergerak sampai beberapa saat; untuk kemudian tiba-tiba membalikkan badan dan melompat seketika bila situasi dirasanya sudah aman. Kodok jantan bersuara memanggil betina dari tepi sungai ketika bulan purnama. Bunyi: wok.. kak, berat dan berulang agak lambat.
Tidak seperti bangkong kolong, bangkong sungai dapat melompat jauh dengan kakinya yang relatif panjang. Kodok ini sering berpura-pura mati apabila ditangkap. Bila dipegang dan diletakkan terlentang di atas tempat yang datar dan rata, kodok ini akan tetap tidak bergerak sampai beberapa saat; untuk kemudian tiba-tiba membalikkan badan dan melompat seketika bila situasi dirasanya sudah aman.
Kodok jantan bersuara memanggil betina dari tepi sungai ketika bulan purnama. Bunyi: wok.. kak, berat dan berulang agak lambat.
Bangkong Sungai
Bufo asper 041125 003 ltn ed.jpg
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Anura
Famili: Bufonidae
Genus: Bufo
Laurenti, 1768.
Spesies: B. asper
Nama binomial
Bufo asper
Gravenhorst, 1829.


2. Kata Serasah
Bangkong serasah atau katak serasah adalah sejenis kodok dari suku Megophryidae. Nama ilmiahnya adalah Leptobrachium hasseltii Tschudi, 1838. Nama lainnya dalam bahasa Inggris adalah Hasselt’s litter frog; dinamai demikian sebagai penghargaan kepada J.C. van Hasselt, seorang ahli dan naturalis yang bekerja di Hindia Belanda (Indonesia pada masa penjajahan Belanda).
A.    Ciri-Ciri Fisik
Bangkong yang bertubuh sedang, antara 50-70 mm. Jantan umumnya lebih kecil daripada yang betina. Gendut pendek dengan kepala bulat dan besar, lebih besar daripada tubuhnya; mata besar dan melotot.
Dorsal (bagian punggung) berwarna coklat abu-abu kebiruan atau keunguan (fase gelap), atau keemasan (fase terang). Terdapat bercak-bercak bulat telur berwarna gelap yang terletak simetris, tepi luar bercak berwarna keemasan. Coreng hitam berjalan dari ujung moncong hingga mata, dan dilanjutkan di bawah lipatan supratimpanik hingga ke pundak. Iris berwarna gelap kehitaman. Ventral (sisi bawah tubuh) abu-abu hingga kehitaman di perut, berbintik-bintik putih. Tangan dan kaki bercoret-coret gelap. Selaput renang hanya terdapat di kaki, pendek.
B.   Kebiasaan dan Penyebaran
Bangkong ini hanya didapati di hutan, kebanyakan di pegunungan, terutama di tempat yang tidak jauh dari sungai. Aktif di malam hari (nokturnal), bangkong serasah tidur di siang hari atau bersembunyi di balik serasah hutan. Dengan kaki yang pendek, kodok ini melompat pendek-pendek dan sering pula merayap perlahan-lahan di kayu atau batu dengan tubuh diangkat.
Kodok jantan berbunyi-bunyi di malam hari di atas tumpukan serasah, tepian sungai, atau bebatuan di dekat aliran air. Terkadang sambil membersihkan sisi belakang tubuhnya. Suaranya parau lemah, wuaak.. wak..wak..wak.. bersahut-sahutan.
Sebelumnya, L. hasseltii diduga menyebar luas di Dangkalan Sunda hingga ke Semenanjung Malaya, Sumatra dan Borneo. Akan tetapi kini diketahui menyebar terbatas hanya di Jawa, Madura, Bali hingga Kangean. Leptobrachium di ketiga wilayah yang pertama dipastikan berjenis lain, seperti L. pullum dan L. hendricksonii (Malaysia) dan L. abbotti, L. gunungensis dan L. montanum (Borneo). Sementara populasi di Sumatra masih perlu ditetapkan. (Iskandar, 1998).
Bangkong Serasah
Leptob hasselt 060615 7455 jbrti ed resize.jpg
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Anura
Famili: Megophryidae
Genus: Leptobrachium
Tschudi, 1838
Spesies: L. hasseltii
Nama binomial
Leptobrachium hasseltii
Tschudi, 1838.

Jenis-Jenis Kodok / Katak di Indonesia


dikutip dari situs : http://id.wikipedia.org/wiki/Bangkong_bertanduk


1.       Kodok Bangkong bertanduk

Bangkong bertanduk atau katak bertanduk adalah sejenis kodok dari suku Megophryidae. Nama ilmiahnya adalah Megophrys montana Kuhl & van Hasselt, 1822. Namanya dalam bahasa Inggris adalah horned frog.
a.       Ciri – Ciri
Katak yang bertubuh pendek agak gendut, kepala besar dengan runcingan kulit di atas kedua mata dan di ujung moncong. Sepasang runcingan kulit yang lain, yang lebih kecil, terdapat di ujung-ujung rahang. Ukuran tubuh umumnya sedang sampai besar, 60-95 mm; katak jantan lebih kecil daripada betinanya.
Dorsal (bagian punggung) berkulit halus, coklat pucat kemerahan sampai coklat tua, dengan sepasang lipatan kulit di punggung, mulai dari bagian tengkuk hingga ke pinggang. Sering dengan sepasang bintil hitam kecil di pundak. Kadang-kadang terdapat sepasang lipatan kulit yang lebih samar dan lebih pendek di masing-masing sisi lateral tubuh, di belakang tangan hingga ke pinggang. Kaki dan tangan lebih kekuningan, dengan lipatan-lipatan kulit melintang bertepi hitam, membentuk coret-coret hitam. Warna hitam juga terdapat di sekitar dan di belakang mata. Iris mata berwarna kemerahan.
Ventral (sisi bawah tubuh) abu-abu keputihan, dengan bintil-bintil agak kasar. Bagian depan kecoklatan kotor, dengan bercak-bercak dan bintik-bintik hitam yang kurang lebih simetris di dagu, leher, tangan dan kaki. Selaput renang di kaki sangat pendek.

b.      Kebiasaan dan Penyebaran

Penyamaran yang sempurna dari warna dan bentuk tubuh katak ini di lantai hutan, menyebabkan bangkong bertanduk sulit dikenali di siang hari. Katak ini kerap bersembunyi di bawah serasah hutan, dan baru pada malam hari aktif menjelajahi lantai hutan hingga ke pinggiran sungai. Berudu katak bertanduk memiliki mulut serupa corong, biasanya ditemukan di bagian sungai yang menggenang atau yang kurang berarus. M. montana menyebar terbatas di Jawa, dan Sumatra Barat (?). Di Jawa, terutama didapati di pegunungan, di atas 800 m dpl
Bangkong Bertanduk
Mego montana 060618 7694 jbti ed resize.jpg
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Anura
Famili: Megophryidae
Genus: Megophrys
Spesies: M. montana
Nama binomial
Megophrys montana
Kuhl & van Hasselt, 1822.
Sinonim
Megophrys monticola
Megalophrys monticola

Hewan apakah Kodok Itu

Dikutip dari situs : http://id.wikipedia.org/wiki/Kodok_dan_katak

Kodok (bahasa Inggris: frog) dan katak alias bangkong (b. Inggris: toad) adalah hewan amfibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Anak-anak biasanya menyukai kodok dan katak karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan. Hanya orang dewasa yang kerap merasa jijik atau takut yang tidak beralasan terhadap kodok.
Kedua macam hewan ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya.
Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong (b. Inggris: tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil.
Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan. 
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
 
Habitat dan makanan
Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat (temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk memper-tahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya.

Reproduksi

Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau berair.

8 Katak (Amphibi) paling langka di dunia

Sabtu, 24 Juli 2010 - Dari salamander hingga kodok, dari axolotl hingga katak, semua terancam punah. Apa yang statusnya paling kritis?

Bagi ilmuan, amfibi merupakan salah satu indikator kesehatan ekosistem. Sayangnya, terdapat penurunan yang drastis. Dari semua spesies amfibi, 7 persen di antaranya dalam kondisi kritis. Bandingkan dengan mamalia yang hanya 4 persen atau burung yang hanya 2 persen. Dari 5700 spesies amfibi, 168 telah punah, dan 1 dari 3 spesies terancam mengalami nasib serupa. Sebagian besar penurunan ini terjadi dalam 20 tahun terakhir, dan kecepatannya sebanding dengan kecepatan punahnya dinosaurus!
Penyebab paling besar dari kepunahan spesies amfibi adalah penghancuran habitat lewat polusi udara dan air. Sebagian besar amfibi tergantung pada air tawar untuk hidup. Mereka lebih dahulu mengalami dampak polusi dibanding hewan lainnya. Hal ini membuatnya menjadi indikator kondisi lingkungan. Di Amerika dan Australia, para ilmuan telah menemukan sebuah jamur yang menyebabkan penyakit yang disebut chytridiomycosis. Penyakit ini menyerang katak dan kodok dan membuat populasi amfibi ini menurun lebih dari 50 persen. Jamur ini menyebar 28 km per tahun dan mematikan.
Berikut ini daftar amfibi yang terancam punah di dunia:
  1. Kodok Harlequin variabel Costa Rica (Atelopus varius)
Kodok Harlequin (Credit: Jurusan Biologi Universitas California Riverside)
Statusnya kritis. Penyebabnya polusi. Hidupnya di Costa Rica, Panama dan Colombia. Selain polusi, spesies ini juga sangat dicari karena warnanya yang cerah. Perburuan hewan yang tidak sah menjadi ancaman kelangsungan hidupnya. Di saat yang sama, habitat kodok ini dihancurkan oleh penggundulan hutan.
  1. Salamender tutul (Ambystoma maculatum)
Ambystoma maculatum (credit : mbd545)
Lokasi hidupnya di Amerika Serikat Timur. Karena habitatnya hanya di hutan, pertumbuhan kota dan penggundulan hutan serta polusi. Faktor-faktor ini membawanya ke dalam status terancam punah.
  1. Craugastor Tabasarae (Craugastor tabasarae)
Craugastor tabasarae (credit : Houston Zoo Frogs)
Lokasi hidupnya di Panama. Hewan ini berstatus kritis karena populasinya telah menurun 80 persen hanya dalam tiga generasi terakhir. Penurunan ini karena adanya jamur Batrachachytrium dendrobatidis. Sepertinya tidak ada cara untuk memulihkan dampaknya.
  1. Kodok Kaki Hisap Peru (Atelopus peruensis)
Atelopus Peruensis (Credit : Animales Extinction)
Dalam 10 tahun terakhir, populasi amfibi ini turun sebesar 80 persen. Spesies ini kini berstatus kritis. Tampaknya hewan ini lenyap karena infeksi mematikan yang mempengaruhi amfibi akibat jamur dari ordo Chytridiomycota.
  1. Newt tutul Kaiser (Neurergus kaiseri)
Neurergus keiseri (credit : Caudata)
Newt ini kritis karena jangkauan habitatnya di Iran kurang dari 100 km saja. Seluruh populasi spesies ini hidup dalam wilayah hanya seluas 10 km persegi. Baik panjang dan kualitas hidupnya menurun. Penurunan ini juga disebabkan jumlah spesimen dewasa yang semakin sedikit karena penjualan hewan ilegal.
  1. Katak Roket Dunn (Colostethus dunni)
Colosthetus (credit: wikimedia)
Katak ini berstatus kritis karena penurunan drastis sebanyak 80 persen hanya dalam 10 tahun terakhir. Kehancuran spesies dari Venezuela ini akibat chytridiomycosis.
  1. Axolotl Meksiko (Ambystoma mexicanum)
Axolotl (credit: Aqua Pets)
Satu-satunya habitat alami axolotl adalah Danau Xochimilco di negara bagian Puebla, Meksiko. Dan sekarang ia sudah sangat langka. Spesies asing seperti koi dan carassius yang dimasukkan orang kedalam danau memangsa telur mereka.
  1. Kodok emas (Bufo periglenes)
Katak Emas (Credit : Emit)
Hewan ini telah punah. Penyebab punahnya belum diketahui tapi tampaknya akibat hujan asam atau variasi lingkungan yang kecil. Dulunya kodok ini hidup di Costa Rica.
Referensi
  1. Allaby, M. 2010. Animals : From Mythology to Zoology. Facts on File.
  2. Britannica Illustrated Science Library. 2002. Fish and Amphibians
  3. Cobb, A. B. (ed) 2001. Animal Sciences. Macmillan

Katak (Amphibi)

Katak (Amphibi)

Katak atau bahasa latinnya disebut juga Amphibi yang seperti kita kenal sebagai hewan yang bisa hidup 2 alam yang artinya bisa di darat maupun di air. berikut ini saya tampilkan jenis-jenis katak yang ada di dunia saat ini...

1. Katak Pelangi
Katak Pelangi Malagasy adalah katak yang tinggal di hutan kering berbatu Madagaskar's Isalo Massif, dimana ia berkembang biak di kolam dangkal sementara yang ditemukan di lembah. Jenis ini juga beradaptasi dengan mendaki dalam lingkungan berbatu-batu, dan bahkan pada permukaan vertikal! Ketika terancam, katak ini akan mengembangkan diri sebagai mekanisme pertahanan terhadap predator.

2. Katak Transparan
Hyalinobatrachium pellucidum, juga disebut sebagai katak kaca atau kristal karena sobat dapat melihat melalui dagingnya yang transparan. Jenis ini tidak baru, tapi yang pasti terancam punah, sehingga Temuan ini menggembirakan bagi lingkungan.

3. Katak Atelopus
Katak Atelopus yang dikenal dengan banyak nama seperti katak badut atau Kosta Rika Variable Harlequin Toad. Katak, tersebut adalah jenis katak neo-tropis yang dulunya hidup cukup luas tersebar di seluruh Kosta Rika dan Panama. Spesies ini terancam kritis dan sekarang hanya tinggal sedikit terutama tersisa hanya di Panama.

4. Katak Terkecil Di dunia
Katak ini ditemukan di Pegunungan Andes Peru selatan, dengan ketinggian antara 9.925 dan 10.466 kaki di atas permukaan laut.

5. Katak Terbesar Di dunia
Katak Goliath atau Conraua goliath adalah spesies katak terbesar yang tersisa di Bumi. Katak ini dapat tumbuh hingga 13 inci (33 cm) panjang dari moncong hingga ekor, dan bobot hingga 8 lb (3 kg). Katak ini memiliki kisaran habitat yang relatif kecil, terutama di Afrika Barat (dekat Gabon). Katak Goliath dapat hidup sampai 15 tahun. Katak goliath makan kalajengking, serangga dan katak kecil. Kodok ini memiliki pendengaran tajam tetapi tidak punya kantung vokal.

6. Katak Mantel Merah
katak ini memiliki Mantel Merah oranye / merah di permukaan dorsal/tubuh. Katak kecil ini, mencapai ukuran 2,5 cm (1 in) panjangnya. Ukuran ini adalah kecil, katak ini merupakan katak darat asli Madagaskar.

7. Katak Beracun
Katak beracun dengan warna seperti biru safir, adalah nama umum dari sekelompok katak dalam keluarga Dendrobatidae yang merupakan katak asli Amerika Tengah dan Selatan. Tidak seperti kebanyakan katak, spesies yang aktif di siang hari, dan sering menunjukkan tubuh berwarna cerah. Walaupun semua dendrobatids setidaknya agak beracun di alam liar, tingkat toksisitas bervariasi dari satu spesies ke berikutnya, dan dari satu populasi yang lain. Banyak spesies yang kritis dan terancam punah. Amfibi ini sering disebut "katak panah" oleh pribumi indian akibat penggunaan sekresi beracun mereka untuk meracuni ujung panahnya.

8. Katak Bantal
Katak bantal dapat tumbuh hingga enam inci panjang dan mendiami Uruguay, Brasil, dan Argentina utara. Walaupun mungkin terlihat seperti bantalan diam, namun katak itu cepat dalam menyerang kadal, tikus kecil, burung, katak lain.

9. Katak Darwin
katak Darwin chili cukup teratur muncul hingga sekitar tahun 1978, namun tidak tampak lagi dan hal itu tampaknya telah hilang, dan sekarang mungkin spesies punah. Spesies ini, yang hidup di daun sampah di lantai hutan, memiliki metode yang tidak biasa dalam hal pengasuhan anak-anaknya, jantan mengambil telur dari sarang ke vokalnya kantung tempat mereka menetas menjadi kecebong setelah sekitar delapan hari. Ketika mulai merasakan kecebong yang baru menetas menggeliat-geliat, katak jantan membawa mereka ke sungai di mana ia melepas katak muda dan di sini mereka menyelesaikan metamorfosisnya.

10. Katak Vietnam


Theloderma corticale, atau katak berlumut Vietnam, adalah spesies katak dalam keluarga Rhacophoridae. Katak ini ditemukan di Vietnam dan mungkin Cina. Habitat alamnya subtropis atau hutan dataran rendah tropis yang lembab, hidup dalam air tawar, dan daerah berbatu. Nama umum dari katak berlumut timbul dari kenyataan bahwa kulit yang berbintik-bintik hijau dan hitam yang menyerupai lumut tumbuh di batu, dan bentuk yang efektif kamuflase atau penyama