Kalau Kera Narsis Memotret Diri Sendiri

Salah satu hasil rekaman kamera yang dilakukan kera. 
 
KOMPAS.com — Ternyata, bukan cuma manusia yang narsis suka memotret dirinya. Kera pun demikian. Setidaknya, inilah perilaku kera yang ditemui fotografer David Slater yang beberapa waktu lalu berkunjung ke taman nasional wilayah Sulawesi Utara, Indonesia.
Perilaku itu dijumpai Slater ketika ia selesai mengambil gambar. Slater meninggalkan perangkatnya sejenak untuk sebuah urusan dan ketika kembali, ia menjumpai kera-kera yang ada di taman nasional itu bermain dengan kamera dan memotret dirinya sendiri.
"Mereka nakal, melompat dan bermain dengan peralatan. Seekor kera memencet tombol. Suara ketika kamera mengambil gambar menarik perhatian dan kera itu pun terus memencetnya. Pada awalnya mereka takut, tetapi akhirnya kembali. Sangat menyenangkan bisa melihatnya," kata Slater.
Menurut Slater, kera-kera tersebut dipastikan telah mengambil ratusan foto diri. Sebuah foto menampakkan kera memamerkan gigi depannya yang besar dan mata berwarna coklat. Koleksi foto-foto monyet tersebut bisa dilihat di YouTube.
Slater menghabiskan waktu 3 hari berturut-turut dengan kera tersebut. Ia mengatakan bahwa kera di taman nasional itu sangat bersahabat. "Meskipun mungkin belum pernah kontak dengan manusia sebelumnya, mereka tidak tampak terancam dengan kehadiran kami," ucap Slater.
Spesies kera yang dijumpai Slater adalah kera hitam (Macaca nigra). Spesies tersebut hidup di wilayah Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya. Status kera tersebut kini hampir punah dan masuk Daftar Merah International Union for Conservation of Nature.

Katak Pelangi

Indraneil Das/CI Katak pelangi.
KOMPAS.com - Ilmuwan yang menyisir pegunungan di Borneo menjumpai spesies kodok pelangi Borneo yang sudah tidak pernah didapati sejak 87 tahun terakhir. Kali ini, mereka berhasil mengabadikannya dan foto itu menjadi foto kodok pelangi Borneo pertama di dunia. Sebelumnya, dokumentasi kodok itu hanya merupakan gambar ilustrasi
Conservation International, organisasi nirlaba yang fokus pada kelestarian lingkungan memasukkan kodok pelangi borneo (Ansonia latidisca) dalam daftar "Top 10 Most Wanted Lost Frogs." Lembaga ini juga sempat mengungkapkan kekhawatiran bahwa kodok tersebut mungkin sudah punah. Kodok itu terakhir kali terlihat oleh penjelajah Eropa pada tahun 1924.
Menurut Indraneil Das, profesor asal Sarawak Malaysia University yang memimpin ekspedisi, mereka melakukan pencarian sejak Agustus lalu namun tidak berhasil menemukan kodok tersebut. Setelah memfokuskan pencairan ke kawasan pegunungan Penrissen yang jarang dieksporasi selama seabad terakhir, akhirnya mereka menemukan tiga ekor A. latidisca tinggal yang hidup di tiga pohon yang berbeda. Kodok-kodok yang ditemukan terdiri dari merupakan seekor kodok jantan, betina, dan seekor anak kodok.
"Sangat menyenangkan mengetahui bahwa alam bisa memberikan kejutan ketika kita sudah hampir menyerah, apalagi di saat krisis kepunahan terus meluas di planet kita," kata Robon Moore, peneliti spesialis amfibi dari Conservation International saat mengumumkan temuan tersebut.
Meski berhasil menemukan, Das dan timnya menolak untuk mengungkapkan posisi pasti kodok itu demi menghindari penangkapan liar karena tingginya permintaan atas amfibi berwarna-warni tersebut. Namun demikian, para peneliti akan terus mencari tahu seputar populasi kodok ini di Penrissen. (National Geographic Indonesia/Abiyu Pradipa)